Kematian adalah sebuah kepastian . Semua yang berjiwa pasti akan mati.
Adakah manusia yang hidupnya abadi? Maka ironi sekali jika kita mengikari atau meragukannya.
Bila anda ditanya,yakinkah anda akan datangnya kematian? Anda tentu akan menjawab ya. Tapi apakah jawaban anda bila pertanyaan itu diubah, Siapkah kita menghadapi kematian? Mungkin kita semua akan menjawab, " tidak"
Berbicara masalah kematian mungkin tak seorangpun siap menghadapinya.
Karena manusia di era digital ini lebih mementingkan unsur duniawi dibandingkan unsur-unsur ukrawi, yang merupakan modal dasar menghadapi kematian. Manusia berlomba-lomba mengumpulkan harta dibandingkan
mengumpulkan amal kebajikan.
Tidak sedikit orang-orang yang berusaha membebaskan alam fikirnya dari bayang-bayang maut. Bahkan mereka menghindari dan berlari sejauh-jauhnya.
Ketika kematian itu datang , mereka belum mempunyai persiapan apapun.
Saat itulah mereka baru menyadari bahwa jalan hidup yang mereka tempuh selama ini salah.
Dalam kamus kehidupan manusia kematian itu ibarat air, suka atau tidak suka harus diminum. Atau kematian itu laksana udara senang atau tidak senang harus kita hirup untuk kelangsungan hidup kita.
Kini kematian sedang menghampiri kita. Ia tidak memperlambat langkahnya,tidak pula mempercepat langkahnya. Ia akan membawa manusia dari kehidupan dunia melalui sebuah prosesi yang disebut sakaratul maut.
Apakah SAKARATUL MAUT itu? Sakaratul maut adalah ,ketika nyawa keluar dari jasad,saat manusia merasakan sakit yang luar biasa,bagaikan tubuh yang seluruh dagingnya tersayat silet yang sangat tajam. Saat dimana manusia menerima balasan dari amalan yang dilakukannya.
Jika manusia gemar melakukan kebajikan maka ia akan mendapat khusnul khatimah (akhir yang baik( tempatnya adalah surga. Namun sebaliknya jika ia suka melakukan keburukan maka ia akan mendapartkan su,ul khatimah atau (akhir yang buruk) tempatnya adalah neraka.
Andai manusia merenungkan saat sakaratul maut ini, Niscaya ai akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia akan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya,sehingga saat kematian menjemput ia akan tersenyum menyambutnya.
Kiranya dalam rangka memuluskan sakaratul maut tidak berlebihan mengingat mati cukup membuat hati bergetar. Sehingga akan mendorong tubuh manusia untuk melaksanakan kebajikan. Tidak semua hati akan tergetar apabila mengingat mati, Hanya hati yang berhias takwa saja yang mampu merasakannya. Sementara hati yang keras dan membatu tidak akan mampu menangkap renungan kematian.
Kematian memang menakutkan,ibarat epidemi ia adalah penyakit yang belum ada penawarnya. Ia mengancam siapa saja yang ceroboh dalam menghadapi kehidupan ini.
Bukan sesuatu yang harus ditakuti, artinya dengan mengingat mati manusia banyak mendapatkan nasihat dan pelajaran di dalamnya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al An'am ayat 61
Surah Al An'am Ayat 61 - 70 [terjemahan Indonesia]
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ (٦١
61. dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Nasihat dan pelajaran yang paling berharga adalah bangkitnya kesadaran untuk mempersiapkan bekal kehidupan akhirat, Hal ini bisa di tempuh dengan memperbanyak dan meningkatkan amal kebajikan yang ditopang dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar